Pemimpin Masa Depan: Apakah Sekarang Sudah Ada?

Kepemimpinan adalah bukan jabatan, hak istimewa, gelar, apalagi uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab dan keteladanan kata Peter F. Drucker dalam The Leader of the Future.
Sejak manusia mulai mengenal budaya dan peradaban,  masalah kepemimpinan adalah masalah yang ramai diperbincangkan dan diper­debatkan, dicari kriterianya dan batasannya, serta - mungkin  ini yang  paling konyol - diperebutkan. Sampai sekarang masalah  ini ternyata terus berlanjut.
Sementara  itu, dalam perspektif kepemimpinan modern,  khu­susnya kepemimpinan  yang berorientasi pada  kesuksesan  bisnis, orang mempertanyakan banyak hal seperti berikut:

  1. bagaimana seorang pemimpin muncul tanpa tergantung pada jenjang atau status serta berasal dari dalam organisasi yang membuahkan wewenang yang menyebar;
  2. bagaimana peranan  kepemimpinan  dirumuskan  bagi mereka  yang mau menerima tanggung jawab untuk menumbuhkan  peru­bahan  dengan jalan memimpin organisasi yang selalu belajar; 
  3. bagaimana para pemimpin memotivasi dengan cara membalik organisa­si yang berbentuk piramida;
  4. bagaimana bermitra menjadi  keah­lian utama para pemimpin bertaraf dunia;
  5. bagaimana mematahkan mitos yang menyatakan bahwa hanya segelintir manusia yang berun­tung  yang dapat menguraikan rahasia kepemimpinan;
  6. bagaimana pemimpin millenium mendatang akan menciptakan budaya yang dilan­dasi  prinsip-prinsip bahwa semua pada dasarnya ada  dalam  suatu dunia  yang  penuh  guncangan;
  7. bagaimana menggerakkan harapan  dan  tujuan  mereka yang menghendaki  arahan  dan  ingin berbagi wawasan.
Pertanyaan-pertanyaan  ini  menjadi  penting,  karena  ciri kepemimpinan  masa lalu yang konon lebih menitik  beratkan  pada kharisma dan  wibawa,  menjadi kurang relevan  jika  diterapkan begitu saja dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Tetapi  - mohon  dicatat baik-baik  bahwa kharisma  dan  wibawa   tetaplah merupakan elemen dan faktor penting yang menentukan  keberhasilan seorang pemimpin. Cuma jika dahulu dua faktor ini lebih  mengede­pan, sekarang dua faktor ini harus mengedepan bersama-sama dengan banyak faktor lainnya. Jika dahulu dua faktor ini sudah  menjamin seorang menjadi pemimpin yang sukses, sekarang justru sebaliknya. Jika  hanya mengandalkan dua hal ini seorang pemimpin akan  lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya.
Ciri Dasar Pemimpin Yang Efektif

  1. Konon,  menurut Peter. F. Drucker (2007)  seorang  pemimpin efektif mempunyai paling tidak ciri-ciri utama seperti  berikut, yaitu: seorang pemimpin harus mempunyai  pengikut,  kemudian dia   bisa  muncul sebagai pemikir besar atau seorang nabi;  
  2. seorang pemimpin yang efektif bukanlah orang yang dicintai  atau dikagumi, tetapi adalah orang yang mampu  menggugah  pengikutnya melakukan hal-hal besar, karena tujuan seorang  pemimpin  adalah bukan  mencapai popularitas melainkan mencapai atau  menghasilkan sesuatu;
  3. seorang pemimpin harus melakukan tindakan yang nyata dalam artian memberi keteladanan;
  4. seorang pemimpin  tidak akan menjadikan kepemimpinannya menjadi sesuatu yang berorientasi pada jabatan, hak istimewa, gelar, atau pun uang, karena pemimpin dan kepemimpinan adalah tanggung jawab.
Maka dari itu, masih kata Peter F. Drucker, seorang  pemim­pin  yang efektif, tanpa memperhatikan kepribadian, gaya,  kemam­puan, maupun minatnya, seorang pemimpin yang  efektif  mempunyai cara  kerja yang kurang lebih sama, yang  jika dikristalisasikan dapat dituliskan  seperti berikut:

  1. seorang  pemimpin  tidak memulai dengan pertanyaan "Apa yang saya inginkan?" tetapi selalu akan  mulai dengan pertanyaan "Apa yang perlu  dikerjakan?";
  2. seorang  pemimpin akan bertanya "Apa yang  dapat  dan harus saya lakukan untuk membuat adanya perbedaan?" untuk  menun­jukkan  bahwa pada titik inilah dia mempunyai kemampuan  dan  ke­kuatan yang dapat diandalkan;
  3. seorang pemimpin akan senantia­sa  bertanya  "Apa misi dan sasaran  organisasi?"  dalam  bingkai pemikiran apa saja yang menentukan kinerja dan hasil  suatu  or­ganisasi
  4. seorang  pemimpin mempunyai  tenggang  rasa  yang tinggi terhadap perbedaan pada setiap orang dan dia tidak mencari orang yang mirip dengan dirinya semata untuk diajak bekerja sama, atau  dengan kata lain mereka jarang bertanya "Apakah  saya  suka atau  tidak  suka kepada seseorang?",  tetapi  ketika  menyangkut masalah prestasi,  standar, dan nilai seseorang,  pemimpin  yang efektif biasanya sangat tidak toleran; 
  5. seorang pemimpin  yang efektif  tidak takut pada kelebihan  yang dimiliki  rekan-rekan sekerja mereka, bahkan mereka menyukai kelebihan  tersebut; 
  6. seorang pemimpin yang efektif selalu berhasil bertahan terha­dap godaan dan rayuan untuk mengerjakan hal-hal yang populer  dan bukannya hal-hal yang tepat, serta biasanya lebih  suka  memilih menyelesaikan pekerjaan yang kecil, sedang-sedang, atau sederha­na, daripada berusaha menyelesaikan pekerjaan besar yang  sering­kali hanya merupakan angan-angan kosong berbingkai popularitas.
Inti dari semua ciri ini, jika boleh diungkapkan dalam satu kalimat  sederhana, mungkin akan tampak seperti berikut.  Seorang pemimpin yang  efektif adalah seorang pemimpin  yang  arif  yang selalu  melaksanakan apa yang diucapkannya dalam bingkai ketela­danan penuh kasih sayang pada sesama.
Atau  dalam bahasa Charles Handy (2008) dalam  Bahasa  Baru Pengorganisasian dan Dampaknya bagi Para Pemimpin, seorang pemim­pin  yang  arif dan efektif, yang sangat kita  harapkan  di  masa depan  nanti, adalah pemimpin yang mempunyai tiga  ciri  penting, yaitu:

  1. percaya  kepada orang lain; 
  2. bersemangat dalam melaksanakan tugas; dan 
  3. dapat mencintai orang lain.
Percaya  kepada  orang  lain menjadi  sangat  penting  bagi seorang  pemimpin masa depan karena sikap dan sifat  inilah  yang dapat memberi rasa percaya diri seseorang dalam memasuki ketidak­tahuan dan mendorong orang lain menuju ke arah yang belum  pernah dikenali. Namun sifat ini hendaknya selalu dipadukan dengan sifat ragu-ragu yang logis, sikap rendah hati untuk menerima  kenyataan bahwa  orang kadang-kadang melakukan kesalahan, bahwa orang  lain juga  mempunyai  gagasan, dan bahwa mendengar  adalah  sama pen­tingnya dengan berbicara.
Bersemangat dalam melaksanakan tugas menjadi penting karena sifat  dan sikap ini memberi energi dan fokus pada  hal-hal  yang dapat menggerakkan organisasi, serta memberi contoh dan  teladan kepada yang lain. Namun, sifat ini pun haruslah dipadukan dengan kesadaran akan adanya dunia dan wawasan lain, yang dapat  dipero­leh lewat waktu yang digunakan untuk membaca, menemui dan berbin­cang-bincang  dengan  orang di luar  lingkungan  mereka  sendiri, serta  jika  perlu menjelajah kawasan dan lingkungan lain  yang belum pernah didatangi selama ini.
Sedangkan  sikap dapat mencintai orang lain juga menjadi  sangat penting  dan bahkan maha penting karena  dalam  suatu  komunitas masyarakat,  kecenderungan  yang kuat saja  yang  dihormati  dan ditakuti  tetap  merupakan fenomena dan gejala alami yang sulit dipatahkan. Adalah tugas seorang pemimpin yang efektif mematahkan fenomena ini dengan menunjukkan sikap bahwa meskipun dirinya kuat dan  berkuasa tidaklah perlu ditakuti karena dia dapat  mencintai orang  lain seperti dia mencintai dirinya sendiri. Namun,  sikap ini tetap saja harus dipadukan dengan kemampuan  untuk berusaha dalam kesendirian, karena seorang pemimpin harus berada di  garis depan  dan tidak mengharapkan selalu  berbagi  kecemasan  dengan orang  lain setiap saat. Pertanyaannya apakah tipe pemimpin masa depan ini sekarang sudah ada atau belum?

Dr. Tri Budhi Sastrio
Department of Liberal Arts – Pelita Harapan University
tribudhis[at]yahoo[dot]com

Comments

Popular posts from this blog

[Pengalaman] Kerja Praktek di Telkomsel PUSAT

Seberapa Penting Sebuah Kejeniusan ?

First Time, First Experience